Senin, 02 April 2012

Cersapen 1 (Cerita Sangat Pendek)


Sial

Kenapa hari ini semakin sial. Ups, maksudku ini bukan berarti aku mengalami musibah. Bukan! Bukan itu! Jadi apa maksudnya. Baik, kenapa jadi seperti ini. Oke, mungkin aku sudah bosan hidup denganmu. Mungkin kita  akhiri saja hubungan ini. Kenapa…kenapa kamu susah dibilangin sih! Oke, mungkin ada baiknya kita akhiri saja hubungan ini.

5 tahun lalu. Kita bertemu. Awalnya hanya tegur sapa belaka, lalu berjanji makan bersama. Berkencan, dan akhirnya kita berhubungan.

Apa mungkin kita berhubungan? Mungkin saja kita berhubungan dengan status sebagai kekasih. Halah, apalah artinya status. Kamu ingin memiliki status, untuk apa? Mendapat pengakuan masyarakat? Persetan dengan masyarakat. Masyarakat tidak tahu apa-apa dengan kita. Jangankan tahu kita, mereka semua tidak tahu akan dirinya sendiri. Tidak tahu kalau sekarang sedang dibodohi oleh kita. Eh, apa kita memang mengenal mereka? Entahlah, kamu cari tahu saja sendiri.

Sial

Kenapa bulan ini semakin sial. Gila, ternyata kamu ingin menstatuskan hubungan ini. Tahu apa kamu dengan hubungan. Toh, hubungan ini juga tidak akan mengenal kita. Kitapun tidak mengenal hubungan. Jadi?

Oke, mungkin kamu ingin bercanda saja denganku. Baiklah. Apa yang harus kita guyoni. Guyon antara aku dan kamu? Lebih baik kita menertawakan masyarakat. Masyarakat yang jarang menggunakan nalar sehat, selalu ikuti kata masyarakat lainnya yang tidak lebih suci dari kita. Hei, kamu ngomong apa?

Baiklah, kenapa kita harus berbincang. Untuk apa? Mungkin dengan berbincang, kegilaanku sedikit bertambah dan kewarasanku semakin berkurang. Mengapa? Karena semakin gila, sebenarnya anda semakin waras. Dimana anda diklaim gila, padahal sekitar anda bisa lebih gila dari anda. 

Jadi? Kamu mau melakukan apa setelah ini? Saya harus kembali kepada kegilaan saya. Oke, kita ganti itu terlalu aneh didengar. Maksudku, saya harus kembali kepada ketidaknormalan di dalam kenormalan. Eh, memangnya batasan normal itu seperti apa? 

Lagi-lagi hanya masyarakatlah yang bisa mengklaim diri saya normal. Benar seperti itu? Entahlah.
Oke, mungkin kamu ingin menantangku untuk beradu pendapat. Baiklah. Ada kalanya pendapat saya benar, tetapi anda tidak lebih benar daripada saya. Ah, anda egois sekali. 

Darah mengental, berwarna hitam pekat. Tidak sengaja tangan saya bersimbah darah ini. Tetapi saya senang sekali. Karena saya sudah terlalu lama kesal dengan anda. Anda terlalu banyak bicara, anda selalu memprovokasi saya, anda selalu mengklaim saya gila. Oke, saya anggap saya gila karena telah menusuk anda. Oke, saya anggap saya tidak lebih waras dari anda. Anda harusnya mengerti, bahwa anda bersama masayarakat luas yang tidak tahu apa-apa terhadap saya. Memangnya anda siapa?

Anda adalah korban saya bukan. Baiklah. Semoga tindakan saya membunuh anda ini dapat dikategorikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh seorang yang waras.
Apa katamu? Waras? Entahlah.

Sial, bagaimana aku harus bertindak setelah ini. Pastinya aku akan senantiasa dicari. Dicari masyarakat tentunya. Bahkan masyarakat yang sudah tidak lagi nafasnya mengutuk tindakan saya ini. Akan tetapi, masih lebih terhormat saya dikutuk masayarakat itu. Daripada saya harus dikutuk oleh masyarakat lain yang layaknya orang mati. Tubuh bergerak, tapi tidak ada kegairahan hidup, tidak ada semangat berubah. Oke, saya kira tindakan yang saya lakukan ini benar.

Mas, tolong dihabiskan kopinya. Sebentar lagi kami mau tutup…

Ciputat, 6:02 PM, 2 April 2012. Hujan deras melanda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar